WANMEDIA.CO.ID, SERANG – Suryadi Pemerhati Komunikasi Kepolisian dan Budaya Historikal, perjalanan hidup setiap orang ada dalam tiga dimensi waktu. Masa lalu, kini, dan yang akan datang.
Siapa pun dia, bergerak dalam alur waktu itu.
Kombes Pol. Edy Sumardi Priadinata, S.I.K., M.H., yang sejak 2018 menjadi Kepala Bidang Humas Polda Banten adalah satu di antara 15 perwira menengah Polda ini dari 504
perwira menengah dan tinggi yang mendapat promosi dari Kapolri, JenderalPol. Drs. Listyo Sigit Prabowo, M.Si, 26 Juli 2021.
Di masa lalu, kini, dan masa yang akan datang, kerendahan hati (‘humble’) adalah modal utama untuk bisa beradaptasi. Bagaimana dengan jejak yang ditinggalkan
oleh Kombes Edy setelah hampir tiga tahun menjadi humas polisi mendampingi empat Kapolda di Polda Banten?
TERDAPAT sedikitnya 33 pejabat utama (PJU) di bawah Kapolda dan Wakapolda termasuk enam Kapolres/ta dalam enam wilayah hukum Kepolisian Daerah (Polda) Banten. Di provinsi dengan sosiokulutural, keagamaan, adat-istiadat, dan tradisi yang “unik”, namun juga diapit langsung sekaligus dipengaruhi oleh gejolak apa pun yang terjadi di provinsi tetangga, Ibu Kota DKI Jakarta dan Jawa Barat, serta terhubung dengan Pulau Sumatera lewat Selat Sunda, di sini polisi bergerak dengan masing-masing fungsi untuk sebuah sinergi demi satu ‘goal’ pelayanan terbaik demi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat (harkamtibmas).
Bahwa ternyata beragam kriminal –termasuk narkoba, “cyber crime”, pencurian kendaraan bermotor (curanmor), kejahatan seksual– masih saja terjadi di provinsi berpenduduk 12,6 juta jiwa ini (banten. bps.go.id), begitu lah kebenaran realitas yang membuat polisi tak bisa berpangku tangan. Sebagai catatan, penduduk sebanyak itu sudah termasuk Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, dan beberapa kecamatan di Kabupaten Tangerang yang masuk dalam wilayah hukum Polda Metro Jaya. Hasil survei sosial dan ekonomi nasional (susenas) tahun 2020 menunjukan penduduk miskin di sini mencapai 5,92%. Tentu angka ini bergerak naik setelah serbuan pandemi Covid-19 yang juga melanda Provinsi Banten.
Tentu saja, realitas itu mengandung kerawanan ketika ada yang memantiknya. Maka, informasi-informasi tentang Polda Banten, bagian dari institusi Polri dengan macam-macam kiprah terkait pencegahan dan tindakan represif (penegakkan hukum) dalam kerangka harkamtibmas, perlu terkomunikasikan dengan baik dan efektif kepada masyarakat. Bagi Polri, muatan komunikasi semacam itu, selayaknya bukan berupa informasi searah, tapi informasi bermuatan edukasi. Tidak sekadar untuk kepentingan membangun citra dan memiliharanya. Lebih daripada itu, yakni mendorong terciptanya iklim keterbukaan lewat komunikasi dua arah yang bermuatan informasi dan edukasi sehingga melahirkan interaksi positif, antara Polri dan masyarakat atau sebaliknya. Hidup dan dinamis!
Panduannya adalah rambu-rambu demi kepentingan harkamtibmas. Di situ, pasti ada etika moral yang membimbing keduanya. Tujuannya, mendorong masyarakat bangkit memberikan partisipasinya untuk kepentingan harkamtibmas. Masyarakat yang ikut menjaga lingkungan dan tidak melakukan tindakan yang berlawanan dengan hukum, adalah bentuk partisipasi yang sangat diharapkan. Di antara Polri dan masyarakat, Pers berdiri dengan peran strategisnya.
Mungkin itu pula sebabnya, Kapolri dalam berbagai kesempatan menegaskan, “Tanpa peran media yang mempublikasikan aktivitas Polri dengan capaian-capaiannya, takkan ada umpan balik (‘feed back’) korektif dari masyarakat yang berguna bagi Polri”. Realistis dan logis pula ketika Kapolda Banten Pol. Irjen Pol. Dr. Rudy Heriyanto Adi Nugroho, S.H., M.H., M.B.A. dengan rendah hati melanjutkan dengan pengakuan, “Sesungguhnya, kami sudah lebih dulu mendapat penghargaan dari pers.” (Disampaikan ketika acara secara simbolis menyerahkan piagam penghargaan kepada ratusan jurnalis, Rabu, 28 April 2021, di Mapolda Banten, Serang).
Polri yang terus disibukkan oleh langkah-langkah berbenah diri untuk tujuan utama terjaminnya harkamtibmas, sangat butuh umpan balik dari masyarakat. Meski bukan satu-satunya, para jurnalis dengan produk persnya merupakan media pengakomodasi komunikasi dua arah Polri masyarakat, dan sebaliknya. Salah satu dari 16 program prioritas Kapolri yaitu “Pemantapan Komunikasi Publik” oleh Kapolda Banten dijabarkan menjadi “Penguatan Manajemen Media” (PMM), satu di antara “12 Commander Wish” Kapolda Irjen Rudy. Ini dikenal sebagai PENDEKAR Polisi yang Empati, Ngayomi, Dekat dengan Rakyat Banten.
Jika diibaratkan direksi sebuah perusahaan, Kapolda (bersama Wakapolda) merupakan “humas utama” Polda Banten. Representasi kesehariannya, sejak 2018 diamanahkan kepada Kombes Pol. Edy sebagai Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas). Tulisan ini membahas kehumasan polisi di Polda Banten yang hampir tiga tahun (tepatnya 33 bulan) didirijeni Kombes Pol. Edy. Meski tidak menyeluruh, sekurangnya ditemukan jejak yang patut disimak untuk diteruskan. Acuannya adalah, “pesan” Kapolri yang dijabarkan oleh Kapolda Irjen Pol Rudy dengan PENDEKAR-nya.
Tentu, banyak sudah yang dikerjakan Kombes Edy selama dua tahun sembilan bulan menjadi pendamping utama empat Kapolda Banten bertutur-turut di bidang kehumasan. Dua hal saja yang penulis sajikan, yakni “Hubungan Media yang Terbina” (HMT) dan “Jumat Barokah Sebagai Kegiatan Sosial” (JBSKS). Mengingat keterbatasan penulis, tentu di sana-sini banyak bahan yang masih bisa dilengkapi oleh sumber-sumber lain dengan sudut pandangan yang berbeda pula, sehingga akan lebih memperkaya kedua tersebut. Silahkan!
Pemilihan HMT dan JBSKS dilakukan setelah mengetahui bahwa kedua jejak ini cukup membekas dan banyak mengundang perhatian masyarakat. Oleh karena itu, Keduanya, diharapkan pula akan terus berlanjut ketika (Kabid Humas) Polda Banten (sudah) beralih dari Kombes Pol Edy Sumardi, S.I.K., M.H kepada AKBP Shinto Bina Gunawan Silitonga, S.I.K., M.Si.
AKBP Silitonga (Akpol 1999), yang “karena jabatan Kabid Humas” nanti segera menjadi kombes, adalah sosok polisi reserse. Agak beda dengan seniornya, Kombes Edy (Akpol 1996), yang sebelum menjadi humas banyak bertugas di bidang lalu-lintas dan dua kali menjadi Kapolres, Shinto selain pernah menjadi Kasat Reserse di Polresta Tangerang (Banten), juga pernah bertugas di Bagian Penerangan Umum (Penum), Biro Penerangan Masyarakat (Penmas), Divisi Humas Polri (2019 – 2020). Itu artinya, mantan kapolres Goa, Sulsel ini, tak sampai setahun kemudian, akan membuktikan kiat-kiat kehumasan polisi di Polda Banten.
Penulis juga mengangkat bahan-bahan yang dirangkum atas dasar wawancara penulis sendiri dengan relasi ekternal kultural terkait kehumasan Polda Banten. Selain itu, juga dari hasil liputan Ayu Amelia dan Berto Purba, jurnalis yang kesehariannya banyak melakukan liputan seremoni lingkup Polda Banten dan jajaran untuk masyakarat Provinsi Banten.
JUMAT BAROKAH BILA dihitung dari pekan ke pekan, Kombes Pol Edy Sumardi sekurangnya sudah melalui 129 jumat selama bertugas sebagai Kabid Humas Banten. Setiap Jumat penuh cerita berbagi kepada sesama yang sangat membutuhkan bantuan segera.
Pasti hal serupa itu banyak dilakukan oleh kepolisian berbagai daerah di Tanah Air, tetapi yang patut diacungi jempol dari kegiatan “Jumat Barokah” Polda Banten, adalah konsistensi penyelenggaraannya. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kombes Edy, putra dari (alm) Serma TNI AL Pur. Suwardi Chaniago. Ia sudah melakukan kegiatan serupa sejak bertugas di Direktorat Lalu-Lintas dan Kapolres di daerah Provinsi Riau. Di Polda Banten “gayung bersambut” dengan program-program yang terdapat di Polda Banten selama ia menjadi Kabid Humas Polda Banten.
Kapolda Banten senantiasa menyisihkan rezekinya, di samping ‘kotak amal’ yang selalu tersedia setiap hari di depan pintu Ruang Humas Polda Banten. Para dermawan perorangan dari kelompok hobi seperti Pajero Indonesian Club (PIC) Banten dan kelompok profesi, juga setiap jelang Jumat tak putus mendonasikan sebagian rezeki mereka. Ini jelas gambaran adanya “trust” dari masyarakat. Ditambah lagi oleh konsistensi dukungan dari personel Humas Polda Banten, terjaminlah keberlangsungan “Jumat Barokah”.
Setiap dua-tiga jam jelang sholat Jumat, personel Humas Polda Banten dengan para perwiranya termasuk Kombes Edy sendiri melakukan kegiatan “Jumat Barokah” dengan cara menyambangi kepada orang-orang yang dinilai layak mendapat bantuan seperti buruh kasar, penarik becak, juru parkir, pedagang kaki lima, dan pengojek. Bahkan, tak jarang mereka yang sudah uzur atau tengah sakit berat di lingkungan-lingkungan “slump” Kota Serang dan kabupaten-kabupaten tetangga. Selain itu mereka yang kedapatan sakit berat segera mungkin dibantu pengobatannya oleh Polda Banten. Di masa pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak Februari 2020, “Jumat Barokah” juga menjadi salah satu penyalur bantuan kepada mereka yang terdampak.
Dampak nyata sangat terasa sejalan dengan bergulirnya aktivitas sosial tersebut. Masyarakat tak lagi sungkan berakrab-akrab dengan anggota polisi berpakaian dinas. “Orang-orang kecil itu” dalam keharuan setiap kali disambangi, tampak berbaur nyaris tak ada batasan dengan polisi. “Curhat” membincangkan nasib mereka yang tak menentu. Tak jarang di antara mereka itu, ada yang sampai menitihkan air mata lantaran terharu dan sama sekali tak pernah menduga akan disambangi oleh polisi.
Persoalan di masayarakat memang tak kan pernah selesai selama disatu sisi problem sosial masih bertumbuh dan di sisi lain jika polisi terlalu senjang dengan kehidupan masyarakat. Tetapi, setidaknya menurut penulis, hal serupa “Jumat Barokah yang konsisten digulir Polda Banten, secara bertahap akan mampu menggerus gambaran buruk akibat ulah negatif oknum perusak “susu sebelanga”. Dengan itu, boleh jadi, dalam jangka panjang pemahaman masyarakat tentang kesejahteraan akan makin bertambah lengkap dengan terjaminnya harkamtibmas dan bertumbuhnya partisipasi masyarakat itu sendiri.
Tak cuma bergiat melalui “Jumat Barokah”, Kombes Edy bersama personel Humas juga sering menyambangi pondok-pondok pesantren dan panti asuhan di daerahnya. Kebiasaan ini sekaligus menindaklanjuti “Rukun Ulama Umarok”, “Saba Pesantren”, “Sowan Sesepuh” dan “Polisi Sayang Anak Yatim” yang merupakan bagian penting dari PENDEKAR Bantennya Kapolda Irjen Pol. Rudy. Ponpes-ponpes itu, antara lain di Kota Serang seperti Tahfiz “Darul Hamid”, “Riyadul Muhtadin”, dan “Raudhatul Ulum” di Cidahu, Pandeglang.
Wajar saja kalau “Jumat Barokah” dan kegiatan silaturahmi pada sesama itu, mendapat pujian dari ustadz muda Hozinul Asror dan TB Romli. Oleh karena itu, mereka sangat berharap kegiatan serupa, diteruskan secara kreatif dan inovantif oleh Kabid Humas yang baru.
KEMEDIAAN MENJADI humas itu hendaklah pandai-pandai meniti di antara dua kutub. Dengan berbagai kiat, humas dituntut kreatif, inovatif, dan “menyenangkan” sehingga misi institusi yang diwakili terpenuhi, namun pada saat yang sama kepentingan masyarakat tak terlewatkan.
Oleh karena itu pula, telah berdasawarsa institusi besar dan maju, demikian juga perusahaan-perusahan dalam skala seperti itu, telah menjadikan humas menjadi suatu bidang yang melekat pada korporat dalam kepentingan membangun ”relationship” dan “reputation”. Ya, membangun hubungan adalah membangun reputasi. Dengan hubungan yang terbina baik dan etis, bukan lantas sekedar citra yang didapat. Jika sekedar untuk citra, itu sudah cerita usang. Itu sudah selayaknya tidak lagi menjadi porsi utama, sebab tak ubahnya seperti “membangun istana di atas pasir”. Sudahlah lelah, efektivitasnya cuma setiupan angin.
Institusi Polri sebagai organisasi besar, pasti paham akan pentingnya dan strategisnya peran humas. Saya mencoba memahaminya setidaknya dalam lebih daripada 10 tahun terakhir ketika Polri menaikkan posisi Humas sebagai kepala Divisi Humas di pusat dan Bidang Humas di 34 Polda. Artinya, itu setara dengan fungsi yang lain. Seorang Kepala Divisi dijabat oleh jenderal bintang dua, sedangkan di tingkat Polda dipegang oleh seorang perwira menengah berpangkat komisaris besar (Kombes).
Keberadaan Humas terepresentasi pula sampai ke tingkat Polres dan Polsek. Selain itu, setidaknya oleh tiga Kapolri terakhir, dari Tito Karnavian (kini Mendagri), Idham Azis, dan kini Jenderal Sigit, program yang terkait dengan kehumasan diposisikan satu paket dengan program-program unggulan lainnya. Demikian pula di Polda-polda seperti halnya di Polda Banten.
Di Provinsi Banten, dua pemimpin surat kabar, Drs. Rahmat Ginanjar (“Kabar Banten”) dan Lesman Bangun (“Haluan Banten” dari Bangun Media Group) membicarakan kesannya tentang Bidang Humas Polda Banten, yang ditinggalkan Kombes Edy. Kombes Edy selanjutnya dipromosikan menjadi Direktur Pengamanan Obyek Vital (Dir PamObvit) Polda, masih di Polda Banten juga.
Ginanjar sepakat bahwa Bidang Humas merupakan Satuan Kerja (Satker) Strategis. Kombes Edy sebagai Kabid Humas Polda Banten secara professional dan proporsional membangun silaturahmi dengan hampir semua pimpinan media dan jurnalis di daerah ini. Ia sangat komunikatif dan paham akan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) Humas. Terbukti informasi-informasi tentang Polda Banten dan jajaran yang dibutuhkan masyarakat, lancar mengalir baik langsung ke pimpinan media maupun jurnalis yang meliput.
Dengan manajemen media yang baik, ia sudah sangat membantu media. Misalnya, rilis-rilis Bidang Humas Polda Banten dari segi konten, pilihan kalimat, dan tata bahasanya, sangat memudahkan media memproses informasi yang diberikan untuk diterbitkan. Sudah “press klar”. Rilis-rilisnya lebih bagus daripada rilis-rilis instansi lain.
Lesman Bangun yang juga Ketua Serikat Siber Media Indonesia (SMSI) Banten menggunakan kata “mitra” untuk hubungan Kabid Humas Polda Banten Kombes Edy dengan media. Sangat terasa bagaimana dia membina hubungan dengan media dan jurnalisnya. Kepada jurnalis diberikan Piagam Penghargaan sebagai sebuah apresiasi.
Ia sangat mudah dihubungi, langsung dijumpai atau via telepon. Kalau ditelepon, cepat dia angkat. Dia itu humas yang luwes, selalu segera menyampaikan “terima kasih” ketika berita-berita Polda Banten dan jajaran terbit baik di media cetak maupun di media siber.
Hal senada juga dikemukakan sejumlah jurnalis yang akrab dengan peliputan di lingkungan Polda Banten dan jajaran. Di mata wartawan “KompasTv”, Herdi, Kombes Edy itu gampang dihubungi untuk diwawancarai. Dia sebelum wawancara sering bercanda. Sementara, bagi Mamo dari Radio “Elshinta” Jakarta, Kombes Edy itu sosok yang sangat “humble”. Sangat khas, ia selalu menyapa jurnalis dengan “abangnda”.
Hubungan jurnalis dengan personel Humas Polda Banten itu, terbina baik secara kekeluargaan. Hubungan seperti itu, menurut Bachtiar Rivai dari “detik.com”, telah sangat memudahkan tugas-tugas jurnalis, karena dia memang sangat informatif dalam hal memenuhi kebutuhan materi peliputan.
Sejumlah penghargaan selama menjadi Kabid Humas Polda Banten, telah diraih oleh Kombes Edy. Pada 1999, ia memperoleh penghargaan tertinggi dalam kategori amplifikasi pemberitaan, dari Kapolri Jenderal M. Tito Karnavian (waktu itu). Untuk kategori serupa di tahun 2021, ia juga memperoleh penghargaan ke – 3 dari Divisi Humasi Polri.
LAYAK DILANJUTKAN PENGHARGAAN demi penghargaan, pastilah bukan tanpa alasan diberikan pada seseorang atau kepemimpinan seseorang. Publik (bila itu bersifat publik), tentu akan merespons dengan “kepolosannya” bila itu sekadar cerita hampa di baliknya.
Terkait respon kalangan jurnalis dan manajemen redaksi media, penulis mencatat beberapa hal yang telah diterapkan oleh Kombes Edy di internal Bidang Humas Polda Banten, untuk kepentingan informasi kepada masyarakat, antara lain:
Membangun kerja tim sehingga tak jauh beda dengan manajemen redaksi media.
Mengadakan pelatihan menulis jurnalistik praktis (juga menyertakan jurnalis mitra).
Menggerakkan personel untuk cepat tanggap terhadap kebutuhan materi pemberitaan yang dibutuhkan jurnalis dalam rangka informasi dan edukasi.
Pendokumentasian secara relatif baik sehingga memudahkan kebutuhan publikasi yang membutuhkan “back ground”.
Melakukan publikasi untuk beragam jenis media, termasuk media sosial tentang aktivitas Polda Banten dan jajaran.
Mengcounter balik pemberitaan bohong (hoax).
Lebih khas daripada itu adalah menggerakkan personel Bidang Humas Polda untuk konsisten menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial seperti “Jumat Barokah” dan sejenisnya. Kegiatan sosial yang dilandasi ketulusan, tak harus didahuli oleh adanya bencana alam. Karena bencana itu hampir di setiap hari, yaitu Kemiskinan. Termasuk kemiskinan yang berpangkal dari “mind set”, yang harus ditembus melalui komunikasi bermuatan informasi dan edukasi yang merangkul.
Budayawan Banten, Uday Hudaya mengaku tak mengenal secara pribadi Kombes Edy, namun dari minggu ke minggu “Jumat Barokah” Polda Banten telah menarik perhatiannya. Dalam cermatannya sebagai humas Kombes Edy itu memang cocok. Tampaknya, seiring berjalannya waktu dia sangat paham tentang ke-Banten-an. Maka, sudah selayaknya diteruskan oleh sang pelanjut, AKBP Silitonga. (Udin)