Wanmedia.co.id, TELUKNAGA – Kisah pilu nan menyayat hati datang dari Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Pasangan suami dan istri Janim (70) dan Atik (65), yang merupakan warga Kampung Melayu Barat, Desa Kamoung Melayu Barat, selama ini hidup sebatangkara.
Sejak menikah dan dikarunia dua anak, kedua orang tua rentah ini tinggal di gubuk rumah bambu dengan lantai dari tanah. Sementara atap rumah terbuat dari daun kelapa ukuran 7 x 4 meter. Sungguh sangat memperihatinkan kehidupan mereka.
Rumahnya sangat sempit, tidak ada ruang bercengkerama bahkan nyaris tidak ada barang berharga. Di kamar rumah bambu Janim dan Atik tampak dilengkapi dengan kasur kempis pemberian tetangga menjadi tempat tidur paling nyaman buat mereka. Lubang-lubang menganga dari atap rumah.
“Jika hujan, air masuk dari berbagai sisi. Mulai dari atap, dinding, hingga dari amper, karena terbuat dari atap daun kelapa,” papar Janim, Senin (9/12).
Janim mengatakan, sekitar 20 tahun lebih dirinya harus tinggal di gubuk bambu. Saat hujan turun, rumah itu tidak bisa ditempati. Karena mengalami bocor. “Basah semua kalau hujan turun,” ujarnya.
Janim bekerja sebagai buruh tani. Sementara istrinya sebagai ibu rumah tangga. Beberapa kali dia mengusulkan akan mendapat program bedah rumah dari pemerintah desa dan pemerintah kabupten (Pemkab) Tangerang. Namun, tidak kunjung ada respons dan jawaban.
Meski hidup miskin selama puluhan tahun, pasutri itu tidak pernah mendapat bantuan apa pun dari pemerintah. Bantuan raskin hanya menjadi cerita tetangga. Mereka tidak pernah mencicipi.
Kemudian, jaminan kesehatan gratis juga tidak pernah menyentuh keluarga miskin ini. Program keluarga harapan (PKH) yang menjadi andalan pemerintah pusat juga tidak pernah menyentuh. Seperti bedah rumah. “Saya berharap pemerintah mau membatu dengan memberikan bantuan bedah rumah,” harapnya.
Sementara itu, Ketua RT 003/07 Desa Kampung Melayu Barat, Obes mengungkapkan, pasangan suami istri Janim dan istrinya Atik ini, merupakan penduduk asli yang sudah tinggal sejak puluhan tahun silam.
Meski sudah mengetahui kondisi kesusahan Janim dan keluarganya, Obes juga mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk membantu, karena kurang mendapatkan sosialisasi mengenai penanganan warga miskin dari pemerintah setempat.
“Pak Janim asli penduduk sini, kondisi seperti ini sudah lama, cuma saya juga bingung mau lapor kesiapa, karena saya juga tidak tahu kemana dan bagaimana cara mengatasinya,” kata Obes.
Obes juga berharap, ada pihak-pihak yang mau peduli dan membantu kesulitan warganya tersebut. “Saya sangat berharap ada yang dapat membantu, karena saya sendiri tidak bisa membantu,” ungkapnya.
Sementara, Camat Teluknaga Supriyadinata pun akhirnya turun melihat warganya yang tinggal dalam kemiskinan itu. Bersama jajarannya, dia melihat kondisi rumah Janim yang prihatin.
“Kalau melihat kondisi rumah Pak Janim dan keluarga memang cukup memperihatinkan dan layak untuk dibantu. Kami akan musyawarah, bersama dengan kepala desa, agar secepatnya dapat bantuan,” ungkapnya.
Subur Maryono yang baru saja terpilih sebagai Kades Kampung Melayu Barat pada Pilkades 2019 pun berjanji, akan lebih memperhatikan kesejahteraan warganya itu.
“Ya, Insya Allah, kami akan langsung bekerja. Fokus utama kami adalah kesejahtraan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Saya mohon doa dan dukungan dari semua pihak, semoga berjalan lancar,” pungkasnya. (Ahmad)